Menjadi pengajar anak-anak berkebutuhan khusus memerlukan ketulusan dan kesabaran. Hal ini seperti yang dilakukan oleh guru kelas I Sekolah Luar Biasa (SLB) B-C YPCM Boyolali, Jawa Tengah, Niken Wahyuni.
Setelah mengajar siswa tunarungu selama 19 tahun, Niken menyadari bahwa terbatasnya kosakata menjadi hambatan para siswanya untuk berkembang. Dia pun menciptakan inovasi dalam pembelajaran kosakata dengan memodifikasi permainan tradisional engklek.
Permainan engklek yang biasanya dilakukan dengan menggambar kotak-kotak di tanah atau lantai, dimodifikasi Niken dengan menggunakan lembar karpet karet tipis berukuran 40×40 sentimeter yang digambar kotak-kotak. Tujuannya, supaya permainan ini dapat dilakukan di mana saja, cukup dengan membentangkan karpet itu.
“Anak tunarungu miskin sekali kosakata. Pada setiap kotak engklek itu, saya letakkan 10 kartu bergambar sama. Permainan dimulai dengan hompimpa untuk menentukan siapa yang jalan terlebih dahulu,” ujar Niken.
Setelah hompimpa, kata Niken, permainan dilanjutkan dengan melempar gacuk (pecahan genting) ke salah satu kotak. Kemudian, anak akan melompati semua kotak yang ada, kecuali kotak dengan gacuk tadi.
“Saat kembali, anak mengambil gacuk dan kartu gambar. Sampai di tepi, mereka diminta menyebutkan gambar yang dilihatnya dan kata yang berhubungan dengan gambar itu. Jika dapat menjawabnya, anak lanjut bermain. Jika tidak, gantian temannya yang bermain,” terangnya.
Melalui permainan tersebut, anak didik Niken dapat menghafal kosakata lebih mudah dibandingkan dengan cara biasa. Menurutnya, kosakata anak juga bertambah karena dari satu satu gambar dapat diikuti dengan kosakata lain yang berhubungan.
Inovasi itu kemudian dia sertakan dalam Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi tingkat Nasional 2015. Dia mengusung judul makalah “Gaplek untuk Meningkatkan Penguasaan Kosa Kata Siswa Kelas 1 Tuna Rungu di SLB B-C YPCM Boyolali, Jawa Tengah”.
“Gaplek merupakan akronim dari kartu gambar dalam permainan engklek,” imbuhnya.
Permainan Gaplek, ucap Niken, juga mendukung pembelajaran kurikulum 2013 lantaran membuat siswa lebih aktif dan kreatif. Dengan karyanya tersebut, dia berhasil terpilih sebagai Peringkat I Guru Pendidikan Khusus Berdedikasi tingkat Nasional 2015. Meski demikian, hal yang paling membanggakan selama menjadi guru, yakni saat melihat anak didiknya mampu berkomunikasi dengan orang normal.
“Alhamdulillah, anak didik saya yang sekarang di kelas tujuh sudah dapat berkomunikasi lancar dengan orang normal. Rasanya bangga dan senang sekali,” pungkasnya.
Sumber berita: log.viva.co.id dan redaksi
Sumber gambar: kemdikbud.go.id
0 comments
Post a Comment